Sabtu, 06 Juni 2015

Menyikapi perkataan kurang baik bahkan kasar

Menyikapi perkataan kita-kita di sekitar kita yang kian hari kian tidak karuan. Banyak sekali kita dengar perkataan-perkataan yang kurang baik dan cenderung kasar Seperti Sampah, kambing, binatang dll. Untuk menyikapi hal tersebut saya sengaja menulis halaman ini yang berisi bahasan menurut pikiran saya seperti dimana kita temui, mengapa bisa terjadi dan bagaimana cara mengatasinya untuk kita pendengar dan kita pengucap.
Bahasan kita pertama mengenai dimana kita temui hal semacam ini. Perkataan-perkataan kurang baik dan bahkan cenderung kasar ini banyak kita temui di kalangan #Sohibul alias para temen deket. Ya di kalangan inilah manusia banyak merasa nyaman dan bebas tentunya. Kalangan ini biasa kita temui di banyak tempat, yang paling sering kita temui yaitu di tempat nongkrong entah warung kopi, atau bahkan kampus sekalipun. Namun keberadaan kalangan ini hingga kita temukan perkataan tersebut tidak terikat tempat sama sekali. Karena kita tentu tau bahwa mereka baru bertemu saja  terkadang sudah diawali dengan perkataan- perkataan semacam itu. Kalau kita pikir-pikir sih ya dimanapun mereka bersama bisa jadi di situlah perkataan itu bisa keluar. Perlu diingat juga bahwa hal ini juga tidak mengikat umur atau apapun, hal yang berperan besar adalah perasaan dan kebiasaan. Selama kalangan kita-kita tersebut berperasaan muda walaupun sudah tua umurnya bisa jadi memakai perkataan semacam ini dan hal ini juga terkadang dilatar belakangi oleh  kebiasaan yang cenderung kurang baik seperti nongkrong dll.


Terkait alasan mengapa hal ini bisa terjadi, beberapa telah terbahas dengan tidak sengaja di paragraf sebelumnya. Hal ini bisa terjadi umumnya didorong oleh ekspresi nyaman dan bebas para pengucapnya. Sehingga hal ini mendorong mereka mengekspresikan kebebasannya, lalu apakah perkataan seperti ini merupakan ekspresi ? tentu tidak sepenuhnya benar, perkataan seperti ini lebih mirip seperti emosi. Bagaimana bisa ? ya, sebagaimana emosi bisa ditahan dan diekspresikan, sebaik-baik manusia adalah mereka yang mampu mengendalikan emosinya. perkataan semacam ini juga bisa ditahan dan diekspresikan dan jelaslah akan menjadi lebih baik apabila hal ini ditahan. sebab perkataan adalah do’a  maka hal yang kurang baik yang terkata oleh mulut kita bisa jadi adalah do’a untuk diri kita. Dan perlu di perhatikan hal ini secara tidak langsung terekam oleh otak kita sehingga otak kita terprogram untuk mengarahkan diri kita terhadap hal yang kurang baik tersebut. Hal tersebutlah yang menjadi alasan mengapa perkataan kurang baik yang bahkan cenderung kasar tersebut dapat dikatakan Berbahaya. Alasan hal ini bisa terjadi selanjutnya adalah analogi teko (cerek atau ceret) air. Otak dan mulut kita dapat kita analogikan dengan teko dan mulutnya. Apa yang ada di dalam teko, itulah yang akan keluar dari mulut teko. Maka apapun yang terkata dari mulut kita adalah apa yang ada dalam pikiran kita.

Bahasan kita selanjutnya mengenai bagaimana cara mengatasi hal ini untuk kita pendengar dan kita pengucap. Kita awali dengan kita pendengar, sebagian besar yang merasakan dampak buruk hal ini adalah kita pendengar namun tidak menutup kemungkinan kita pengucap terkena dampak buruk hal ini tanpa merasakannya terlebih dahulu. Kita pendengar dapat mengurangi pengaruh hal buruk ini dengan menasehati kita pengucap. Mengingat nasehat ini kita lakukan softly maka tentulah tidak bisa dipastikan kita pendengar langsung berubah baik perkataanya sekaligus dan permanen. Untuk mengatasi hal ini selain nasehat kepada kita pengucap, kita pendengar dapat menjauhi kita pengucap atau dengan tidak bergabung atau berkumpul dengan kita pengucap. Hal ini ditakutkan dapat mempengaruhi kita pendengar. Untuk kita pengucap solusi yang bisa dilakukan agar tidak berkata yang kurang baik bahkan cenderung kasar. Kita dapat membiasakan diri berkumpul dengan orang” yang baik perkataanya. Mengingat  apapun yang terkata dari mulut kita adalah apa yang ada dalam pikiran kita maka saya merekomendasikan kepada kita pendengar untuk membiasakan diri membaca Al-Qur’an. Hal ini dikarenakan di dalam Al-Qur’an tidak terdapat kalimat yang kurang baik bahkan kasar sekalipun. Al-Qur’an juga berperan membersihkan pikiran kita dari hal-hal yang mungkar baik itu perkataan ataupun tindakan. Tentu kita pengucap akan menemui tantangan untuk membiasakan diri membaca Al-Qur’an maka perlu diingat bahwa kebiasaan itu peranannya besar dalam perubahan kita entah itu jadi lebih baik atau jadi lebih parah. Ketika pada suatu waktu kita pengucap terlupa atau tengah berat untuk beranjak membaca Al-Qur’an, perlu diingat pula bahwa inilah salah satu indikator diri kita pengucap telah melakukan atau memiliki banyak dosa dalam hari tersebut.

        Kesimpulan yang bisa kita ambil baik untuk kita pengucap maupun kita pendengar adalah perkataan yang kurang baik dapat berpengaruh kurang baik pula entah itu kepada kita pendengar ataupun kita pengucap. dan untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan menasehati kita pengucap oleh kita pendengar serta menjauhinya. Serta membaca Al-Qur’an sesuai rekomendasi dan analogi yang telah kita baca di paragraf sebelumnya.

0 komentar:

Posting Komentar